Selasa, 25 Oktober 2011

Hari Valentine



Hari Valentine = Hari Lemak Sedunia

“Wah, saya harus ngasih apa ya buat tanggal 14 Februari nanti?”
            Di antara kita mungkin ada yang sedang berpikir seperti itu. Ya, hal tersebut tidaklah mengherankan, sebab di tanggal tersebut ada sebuah perayaan kasih sayang. Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan perayaan tersebut, bahkan sebagian dari kita, khususnya remaja, ada yang merayakannya. Ya benar sekali, perayaan yang digelar pada tanggal 14 Februari itu adalah Hari Valentine.
            Untuk merayakan Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang,  biasanya orang-orang akan saling bertukar hadiah/kado. Mereka memberikan hadiah kepada orang yang disayangi, bisa kepada sahabat, saudara, orang tua, bahkan guru. Orang yang merayakan Hari Valentine meyakini bahwa hadiah merupakan simbol kasih sayang; sesuatu yang dapat mengungkapkan rasa sayang si pemberi hadiah kepada yang diberi. Oleh karena itu, sebagian orang sudah merencanakan hadiah jauh-jauh hari, bahkan ada yang sengaja menabung untuk membeli hadiah tersebut.

Perihal Cokelat
            Berbagai macam kado dapat diberikan kepada seseorang, namun yang paling populer adalah cokelat. Cokelat memang sangat identik dengan Hari Valentine. Hal ini sudah dimulai sejak berabad-abad lalu di Perancis (put3zone.blogsopt.com). Pada bulan Februari, Perancis mengalami musim dingin, jadi orang-orang saling memberi cokelat agar bisa dikonsumsi, baik dimakan langsung atau dijadikan minuman ‘cokelat panas’. Kebiasaan memberi cokelat itu kemudian mendunia dan dilakukan semua warga dunia, termasuk juga di Indonesia.
Kita patut waspada dengan simbol kasih sayang yang satu ini. Walaupun rasanya lezat dan memiliki manfaat bagi kesehatan, cokelat pun ternyata memiliki dampak buruk. Di sebuah artikel dalam jurnal Lancet (blog.unsri.ac.id) dituliskan bahwa banyak perusahaan membuang kandungan flavanol dalam cokelat karena rasanya yang pahit. Padahal flavanol adalah zat yang baik untuk kesehatan. Para produsen cokelat malah menambahkan kadar gula dalam cokelat tersebut hingga akhirnya terasa manis dan lezat. Tentu saja, gula sangat berbahaya bagi jantung dan pembuluh darah, karena dapat menyebabkan penyakit jantung, diabetes, dan stroke. Selain itu, kandungan gula dengan kadar tinggi pun dapat merusak gigi kita. Ditambah lagi, beberapa kasus tentang penggunaan minyak babi pada cokelat agar rasanya lebih lezat. Bagi umat islam, minyak babi pada pembuatan cokelat tentu saja hukumnya haram. Dari penjelasan-penjelasan tersebut, alangkah baiknya jika kita mendapatkan banyak cokelat, tidak ada salahnya kita berbagi cokelat dengan orang-orang yang kurang beruntung secara ekonomi dan belum tentu bisa memakan cokelat.

Asal-muasal Hari Valentine
Perayaan Hari Valentine sebenarnya telah dilakukan jauh sebelum ada perayaan di Perancis. Menurut beberapa referensi, perayaan Hari Valentine sudah dilakukan di Romawi Kuno sekitar abad 2-3 M. Pada masa itu, bangsa Romawi meyakini bahwa pendiri kota Roma disusui oleh seekor serigala betina, sehingga serigala itu memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran. Bangsa Romawi memperingati peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari setiap tahun dengan peringatan yang megah (ugiq.blogspot.com, 2010).
Kemudian, saat agama katolik masuk dan dianut bangsa Romawi terjadi sebuah kisah tragis. Seorang santo (pendeta katolik) bernama St. Valentine, dihukum mati oleh Raja Romawi. Ia dihukum karena telah menentang raja dengan menikahkan pasangan muda-mudi secara sembunyi-sembunyi. Kaisar Romawi saat itu melarang adanya pernikahan karena para pemuda diwajibkan jadi prajurit perang. Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol kasih sayang, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai upacara keagamaan pada tanggal 14 Februari (tanbihul_ghafilin.tripod.com).
            Sebenarnya banyak kisah yang diyakini berhubungan dengan asal-usul Hari Valentine, namun semuanya tidak jelas. Ada yang bermula pada dongeng ada juga yang bermula dari upacara keagamaan (katolik). Oleh karena itu apakah kita akan mengikuti sebuah perayaan yang tidak jelas asal-usulnya? Apakah kita berharap bisa jadi bagian perayaan yang bermula pada upacara keagamaan umat Katolik Roma tersebut?

Komersialisasi Hari Valentine
            Kalau kita datang ke pusat-pusat perbelanjaan pada bulan Februari, pasti menemukan ada yang berbeda. Ya benar sekali, pada bulan ini para pengelola pusat perbelajaan biasanya mendekorasi sudut-sudut tempat tersebut dengan warna merah muda, bentuk hati, dan cokelat. Hal tersebut menandakan bahwa Hari Valentine di Indonesia telah dikomersialisasikan, artinya digunakan untuk meningkatkan penjualan produk mereka, seperti cokelat dan berbagai hadiah lainnya (majalah.tempointeraktif.com). Dengan ikut merayakaan Hari Valentine kita sama saja dengan mendukung sistem komersialisasi tersebut.
Hari Valentine merupakan bentuk penjajahan baru kaum Eropa, yaitu di bidang budaya dan ekonomi. Jika kita ikut merayakannya sama saja seperti mengikuti kebudayaan hura-hura orang Eropa, contohnya merayakan bersama orang yang bukan mukhrimnya, melakukan perayaan yang besar-besaran (hura-hura) dan membeli barang-barang (boros). Padahal Allah Swt. tidak menyukai sikap hura-hura dan boros. Jangan sampai kita menjadi orang yang tidak disukai Allah Swt. Semoga kita selalu berada dalam keridhoan Allah Swt.
“Jadi, apakah kamu akan ikut-kutan merayakan Hari Valentine?”   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar