Hari Valentine = Hari Lemak Sedunia
“Wah, saya harus ngasih apa ya buat tanggal 14 Februari nanti?”
Di
antara kita mungkin ada yang sedang berpikir seperti itu. Ya, hal tersebut
tidaklah mengherankan, sebab di tanggal tersebut ada sebuah perayaan kasih
sayang. Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan perayaan tersebut, bahkan
sebagian dari kita, khususnya remaja, ada yang merayakannya. Ya benar sekali,
perayaan yang digelar pada tanggal 14 Februari itu adalah Hari Valentine.
Untuk
merayakan Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang, biasanya orang-orang akan saling bertukar
hadiah/kado. Mereka memberikan hadiah kepada orang yang disayangi, bisa kepada
sahabat, saudara, orang tua, bahkan guru. Orang yang merayakan Hari Valentine
meyakini bahwa hadiah merupakan simbol kasih sayang; sesuatu yang dapat
mengungkapkan rasa sayang si pemberi hadiah kepada yang diberi. Oleh karena
itu, sebagian orang sudah merencanakan hadiah jauh-jauh hari, bahkan ada yang
sengaja menabung untuk membeli hadiah tersebut.
Perihal Cokelat
Berbagai
macam kado dapat diberikan kepada seseorang, namun yang paling populer adalah
cokelat. Cokelat memang sangat identik dengan Hari Valentine. Hal ini sudah
dimulai sejak berabad-abad lalu di Perancis (put3zone.blogsopt.com). Pada bulan
Februari, Perancis mengalami musim dingin, jadi orang-orang saling memberi
cokelat agar bisa dikonsumsi, baik dimakan langsung atau dijadikan minuman
‘cokelat panas’. Kebiasaan memberi cokelat itu kemudian mendunia dan dilakukan
semua warga dunia, termasuk juga di Indonesia.
Kita patut waspada dengan simbol kasih
sayang yang satu ini. Walaupun rasanya lezat dan memiliki manfaat bagi
kesehatan, cokelat pun ternyata memiliki dampak buruk. Di sebuah artikel dalam
jurnal Lancet (blog.unsri.ac.id) dituliskan bahwa banyak perusahaan membuang
kandungan flavanol dalam cokelat
karena rasanya yang pahit. Padahal flavanol adalah zat yang baik untuk
kesehatan. Para produsen cokelat malah menambahkan kadar gula dalam cokelat
tersebut hingga akhirnya terasa manis dan lezat. Tentu saja, gula sangat
berbahaya bagi jantung dan pembuluh darah, karena dapat menyebabkan penyakit
jantung, diabetes, dan stroke. Selain itu, kandungan gula dengan kadar tinggi
pun dapat merusak gigi kita. Ditambah lagi, beberapa kasus tentang penggunaan
minyak babi pada cokelat agar rasanya lebih lezat. Bagi umat islam, minyak babi
pada pembuatan cokelat tentu saja hukumnya haram. Dari penjelasan-penjelasan
tersebut, alangkah baiknya jika kita mendapatkan banyak cokelat, tidak ada
salahnya kita berbagi cokelat dengan orang-orang yang kurang beruntung secara
ekonomi dan belum tentu bisa memakan cokelat.
Asal-muasal Hari Valentine
Perayaan Hari Valentine sebenarnya telah
dilakukan jauh sebelum ada perayaan di Perancis. Menurut beberapa referensi,
perayaan Hari Valentine sudah dilakukan di Romawi Kuno sekitar abad 2-3 M. Pada
masa itu, bangsa Romawi meyakini bahwa pendiri kota Roma disusui oleh seekor
serigala betina, sehingga serigala itu memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan
pikiran. Bangsa Romawi memperingati peristiwa ini pada pertengahan bulan
Februari setiap tahun dengan peringatan yang megah (ugiq.blogspot.com, 2010).
Kemudian,
saat agama katolik masuk dan dianut bangsa Romawi terjadi sebuah kisah tragis.
Seorang santo (pendeta katolik) bernama St.
Valentine, dihukum mati oleh Raja Romawi. Ia dihukum karena telah menentang
raja dengan menikahkan pasangan muda-mudi secara sembunyi-sembunyi. Kaisar
Romawi saat itu melarang adanya pernikahan karena para pemuda diwajibkan jadi
prajurit perang. Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai
simbol kasih sayang, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine
sebagai upacara keagamaan pada tanggal 14 Februari (tanbihul_ghafilin.tripod.com).
Sebenarnya banyak kisah yang diyakini
berhubungan dengan asal-usul Hari Valentine, namun semuanya tidak jelas. Ada
yang bermula pada dongeng ada juga yang bermula dari upacara keagamaan
(katolik). Oleh karena itu apakah kita akan mengikuti sebuah perayaan yang
tidak jelas asal-usulnya? Apakah kita berharap bisa jadi bagian perayaan yang
bermula pada upacara keagamaan umat Katolik Roma tersebut?
Komersialisasi Hari
Valentine
Kalau kita datang ke pusat-pusat
perbelanjaan pada bulan Februari, pasti menemukan ada yang berbeda. Ya benar
sekali, pada bulan ini para pengelola pusat perbelajaan biasanya mendekorasi
sudut-sudut tempat tersebut dengan warna merah muda, bentuk hati, dan cokelat.
Hal tersebut menandakan bahwa Hari Valentine di Indonesia telah dikomersialisasikan,
artinya digunakan untuk meningkatkan penjualan produk mereka, seperti cokelat
dan berbagai hadiah lainnya (majalah.tempointeraktif.com). Dengan ikut
merayakaan Hari Valentine kita sama saja dengan mendukung sistem komersialisasi
tersebut.
Hari
Valentine merupakan bentuk penjajahan baru kaum Eropa, yaitu di bidang budaya
dan ekonomi. Jika kita ikut merayakannya sama saja seperti mengikuti kebudayaan
hura-hura orang Eropa, contohnya merayakan bersama orang yang bukan mukhrimnya,
melakukan perayaan yang besar-besaran (hura-hura) dan membeli barang-barang
(boros). Padahal Allah Swt. tidak menyukai sikap hura-hura dan boros. Jangan
sampai kita menjadi orang yang tidak disukai Allah Swt. Semoga kita selalu
berada dalam keridhoan Allah Swt.
“Jadi, apakah kamu akan
ikut-kutan merayakan Hari Valentine?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar