Selasa, 25 Oktober 2011

KRAYON FARIS HILANG LAGI


KRAYON FARIS HILANG LAGI

 “Mmmaaahhh...” dipeluknya pinggang mama. Mama yang sedang memasak kontan saja terkejut, karena tidak menyadari kedatangan anak semata wayangnya itu. “Mah, beli krayon dan buku gambar...” pinta Faris. “Eh, anak mamah, pulang sekolah bukannya memberi salam kok malah minta krayon. Cepat ganti baju dulu, cuci muka lalu kita makan bersama! Mamah sudah masak kesukaan kamu.” Saat mengetahui mama sedang memasak makanan kesukaannya, Faris pun segera berlari ke kamar untuk ganti baju dan melupakan keinginannya itu. Hari ini memang hari yang cukup melelahkan bagi Faris, karena hari ini dia dites lari pada pelajaran olahraga.
            Malam hari saat Faris sedang berkumpul dengan orang tuanya di ruang tv, Faris kembali meminta krayon dan buku gambar.
“Mah, Faris mau krayon dan buku gambar...” pinta Faris dengan memelas,
“Faris, dua minggu yang lalu ‘kan Mama sudah membelikan kamu krayon dan buku gambar satu pack. Koq sudah habis? Kan pelajaran menggambar tidak setiap hari?”
“Krayonnya hilang, Mah. Tidak tahu kemana.”
“Lalu semua buku gambar kamu juga hilang?! Kamu ini ada-ada saja.” kata mama marah.
Mamah pun tidak mengabulkan permintaan Faris. Mamah merasa heran dengan tingkah laku Faris akhir-akhir ini. Dia sering sekali kehilangan barang-barangnya di sekolah. Bukan hanya krayon dan buku gambar, tetapi sebelumnya pun Faris pernah kehilangan tempat pensil yang baru dibelikan Papa dari Singapura, serta beberapa perlengkapan sekolah lainnya.
            Karena setiap hari Faris merengek meminta krayon dan buku gambar, akhirnya mama pun menyerah juga dan membelikan sekotak krayon dan buku gambar satu pack lagi. “Hati-hati, jangan sampai hilang lagi ya!” mama mengingatkan. “Iya, Ma. Terima kasih ya, Ma...” Faris terlihat senang.
Beberapa hari kemudian, Faris menghampiri mama yang sedang menyiram tanaman hias di halaman belakang.
“Ma, besok kan ada pelajaran menggambar, Faris mau beli pensil warna dong, Ma,” Faris membujuk mama.
“Kenapa tidak pake krayon yang kemarin saja? Kan belum habis,” jawab sang mama.
“Anu...begini, Mah. Krayon Faris kemarin ketinggalan di sekolah, terus hilang sekarang,”
“Ya ampun Faris...krayon itu sudah hilang lagi!” mama tampak sangat kesal kepada Faris karena sudah menghilangkan lagi krayonnya.
            Keesokan harinya, tanpa sepengetahuan Faris, mama menemui Bu Rini di sekolah. Bu Rini adalah guru sekaligus wali kelas Faris. Mama menceritakan tentang barang-barang Faris yang sering hilang di sekolah. Bu Rini pun mendengarkan dengan tenang dan seksama. “Jadi, begitu Bu Rini. Apakah siswa lain juga sering kehilangan seperti ini?” pertanyaan tersebut mengakhiri cerita mama. “Maaf, Bu. Baik Faris maupun siswa-siswa yang lain tidak pernah ada yang melapor pada saya tentang kehilangan barang-barang. Malah, akhir-akhir ini saya sering melihat Faris meminjam alat tulis pada teman-temannya,” Bu Rini mencoba menjelaskan. “Oh iya, saya baru ingat, Bu. Saya beberapa kali pernah memergoki Faris sedang dikerumuni oleh anak-anak pemulung di kampung dekat sekolah ini, Bu. Mungkin saja ada hubungannya.”
            Mendengar penjelasan Bu Rini, mama memutuskan untuk menjemput Faris dari sekolah setiap hari agar tidak diganggu oleh anak-anak pemulung tersebut. Keesokan harinya, mulailah Faris diantar-jemput oleh sang mama. Satu bulan Faris diantar-jemput oleh mama, dan selama itu pula ia tak pernah kehilangan krayon dan barang-barang lainnya. Mama pun merasa lega dengan keadaan Faris sekarang.
            Suatu siang saat menjemput di sekolah, mama tidak menemukan Faris di sekolah. Biasanya dia menunggu di depan gerbang sekolah. Mama pun bertanya kepada penjaga sekolah. Penjaga sekolah mengatakan bahwa Faris tadi berjalan ke arah perkampungan kumuh dekat sekolah. Mama pun kaget dan langsung menyusul ke perkampungan.
Setelah melewati gang-gang yang sempit dan kumuh, tibalah mama di tanah lapang. Di sebarang lapangan, mama melihat Faris sedang duduk-duduk di bawah pohon bersama beberapa anak kampung. Mama pun segera menghampiri kerumunan anak-anak tersebut karena takut terjadi sesuatu yang buruk dengan Faris.
Sesampainya dikerumunan, mama terkejut melihat apa yang sedang terjadi. Ternyata Faris sedang belajar dengan anak-anak kampung tersebut. Melihat mama berdiri di sampingnya, Faris hanya tersenyum. Mama pun memeluknya.”Sekarang mama mengerti kenapa krayon dan buku-buku kamu selalu hilang,” mama merasa terharu dan bangga dengan Faris. Walaupun masih kelas 5 SD, Faris sudah memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dia memberikan krayon, buku, pensil dan perlengkapan sekolah lainnya untuk teman-teman yang tidak mampu, dan membantu mereka belajar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar