KRAYON FARIS HILANG
LAGI
“Mmmaaahhh...” dipeluknya pinggang mama. Mama
yang sedang memasak kontan saja terkejut, karena tidak menyadari kedatangan
anak semata wayangnya itu. “Mah, beli krayon dan buku gambar...” pinta Faris.
“Eh, anak mamah, pulang sekolah bukannya memberi salam kok malah minta krayon.
Cepat ganti baju dulu, cuci muka lalu kita makan bersama! Mamah sudah masak
kesukaan kamu.” Saat mengetahui mama sedang memasak makanan kesukaannya, Faris
pun segera berlari ke kamar untuk ganti baju dan melupakan keinginannya itu.
Hari ini memang hari yang cukup melelahkan bagi Faris, karena hari ini dia
dites lari pada pelajaran olahraga.
Malam hari saat Faris sedang berkumpul
dengan orang tuanya di ruang tv, Faris kembali meminta krayon dan buku gambar.
“Mah,
Faris mau krayon dan buku gambar...” pinta Faris dengan memelas,
“Faris,
dua minggu yang lalu ‘kan Mama sudah membelikan kamu krayon dan buku gambar
satu pack. Koq sudah habis? Kan pelajaran menggambar tidak setiap hari?”
“Krayonnya
hilang, Mah. Tidak tahu kemana.”
“Lalu
semua buku gambar kamu juga hilang?! Kamu ini ada-ada saja.” kata mama marah.
Mamah
pun tidak mengabulkan permintaan Faris. Mamah merasa heran dengan tingkah laku
Faris akhir-akhir ini. Dia sering sekali kehilangan barang-barangnya di
sekolah. Bukan hanya krayon dan buku gambar, tetapi sebelumnya pun Faris pernah
kehilangan tempat pensil yang baru dibelikan Papa dari Singapura, serta beberapa
perlengkapan sekolah lainnya.
Karena setiap hari Faris merengek
meminta krayon dan buku gambar, akhirnya mama pun menyerah juga dan membelikan
sekotak krayon dan buku gambar satu pack lagi. “Hati-hati, jangan sampai hilang
lagi ya!” mama mengingatkan. “Iya, Ma. Terima kasih ya, Ma...” Faris terlihat
senang.
Beberapa
hari kemudian, Faris menghampiri mama yang sedang menyiram tanaman hias di
halaman belakang.
“Ma,
besok kan ada pelajaran menggambar, Faris mau beli pensil warna dong, Ma,”
Faris membujuk mama.
“Kenapa
tidak pake krayon yang kemarin saja? Kan belum habis,” jawab sang mama.
“Anu...begini,
Mah. Krayon Faris kemarin ketinggalan di sekolah, terus hilang sekarang,”
“Ya
ampun Faris...krayon itu sudah hilang lagi!” mama tampak sangat kesal kepada
Faris karena sudah menghilangkan lagi krayonnya.
Keesokan harinya, tanpa
sepengetahuan Faris, mama menemui Bu Rini di sekolah. Bu Rini adalah guru
sekaligus wali kelas Faris. Mama menceritakan tentang barang-barang Faris yang
sering hilang di sekolah. Bu Rini pun mendengarkan dengan tenang dan seksama.
“Jadi, begitu Bu Rini. Apakah siswa lain juga sering kehilangan seperti ini?”
pertanyaan tersebut mengakhiri cerita mama. “Maaf, Bu. Baik Faris maupun
siswa-siswa yang lain tidak pernah ada yang melapor pada saya tentang
kehilangan barang-barang. Malah, akhir-akhir ini saya sering melihat Faris
meminjam alat tulis pada teman-temannya,” Bu Rini mencoba menjelaskan. “Oh iya,
saya baru ingat, Bu. Saya beberapa kali pernah memergoki Faris sedang dikerumuni
oleh anak-anak pemulung di kampung dekat sekolah ini, Bu. Mungkin saja ada
hubungannya.”
Mendengar penjelasan Bu Rini, mama
memutuskan untuk menjemput Faris dari sekolah setiap hari agar tidak diganggu
oleh anak-anak pemulung tersebut. Keesokan harinya, mulailah Faris
diantar-jemput oleh sang mama. Satu bulan Faris diantar-jemput oleh mama, dan selama
itu pula ia tak pernah kehilangan krayon dan barang-barang lainnya. Mama pun
merasa lega dengan keadaan Faris sekarang.
Suatu siang saat menjemput di
sekolah, mama tidak menemukan Faris di sekolah. Biasanya dia menunggu di depan
gerbang sekolah. Mama pun bertanya kepada penjaga sekolah. Penjaga sekolah
mengatakan bahwa Faris tadi berjalan ke arah perkampungan kumuh dekat sekolah.
Mama pun kaget dan langsung menyusul ke perkampungan.
Setelah
melewati gang-gang yang sempit dan kumuh, tibalah mama di tanah lapang. Di
sebarang lapangan, mama melihat Faris sedang duduk-duduk di bawah pohon bersama
beberapa anak kampung. Mama pun segera menghampiri kerumunan anak-anak tersebut
karena takut terjadi sesuatu yang buruk dengan Faris.
Sesampainya
dikerumunan, mama terkejut melihat apa yang sedang terjadi. Ternyata Faris
sedang belajar dengan anak-anak kampung tersebut. Melihat mama berdiri di
sampingnya, Faris hanya tersenyum. Mama pun memeluknya.”Sekarang mama mengerti
kenapa krayon dan buku-buku kamu selalu hilang,” mama merasa terharu dan bangga
dengan Faris. Walaupun masih kelas 5 SD, Faris sudah memiliki jiwa sosial yang
tinggi. Dia memberikan krayon, buku, pensil dan perlengkapan sekolah lainnya
untuk teman-teman yang tidak mampu, dan membantu mereka belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar