Selasa, 25 Oktober 2011

PLAY STATION-KU


PLAY STATION-KU

            “Guuunn...Guunn...Gugun...!!!” mama terus memanggil-manggil, tapi tidak ada jawaban dari Gugun. Mama pun menghampiri kamar Gugun, kemudian membuka pintu kamar tersebut. Dilihatnya Gugun sedang asyik main PS. Mama hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Sejak pulang sekolah tadi siang, Gugun langsung mengurung diri di kamar.
“Ya ampun, Gugun! Mama kira kamu sedang apa!” kata mama kesal. Gugun hanya tertawa kecil. Matanya tidak sedikit pun berpaling dari layar tv. Mamah hanya bisa menghela napas. Mama bermaksud meminta Gugun untuk menjaga adiknya, Didit, karena sore itu mama harus pergi.  “Mama akan pulang nanti malam, kamu tolong jaga Didit! Dia masih tidur sekarang di kamarnya.”
Saat Gugun asyik main PS, ternyata Didit terbangun. Ia mencari-cari sosok mama. “Ma...Mama...Ma...Mama...!” Didit terus memanggil mama. Kemudian dia mencari di kamar mama dan dapur, namun tidak ditemukan juga sang mama. Setengah putus asa, dia pun masuk ke kamar Gugun.
“Ka, mama mana? Kok tidak ada...” tanya Didit pada Gugun. Gugun tidak menjawab pertanyaan Didit karena terlalu asyik dengan PS-nya. Karena pertanyaan-pertanyaan Didit tidak dijawab oleh kakaknya, ia pun mulai menangis. Tangisannya sangat keras hingga menggema di kamar tersebut. Bukannya menghibur Didit, Gugun malah memarahinya. Gugun sangat terganggu dengan tangisan adiknya yang lebih keras dari suara PS. “Sudah diam! Sebentar lagi juga mama pulang...”
Merasa tidak dipedulikan oleh kakaknya, Didit memutuskan untuk mencari mama sendirian. Walaupun sudah keluar kamar, tangisan Didit masih terdengar jelas di kamar Gugun. Gugun mengacuhkannya, dia pikir Didit hanya akan menonton tv di ruang tengah. Beberapa menit kemudian, Gugun keluar kamar untuk mengambil air minum di dapur. Saat melewati ruang tengah, ia terheran-heran karena tidak menemukan Didit di sana. Tv pun tidak menyala. Itu berarti Didit tidak menonton tv dari tadi, pikir Gugun dalam hati.
Dengan segera Gugun memeriksa seluruh ruangan di rumahnya, tapi Didit tetap tidak ada. Kemudian, dia menuju pintu depan dan mencari Didit di halaman, tetapi belum juga dapat ditemukan. Wajah Gugun kemudian menjadi pucat saat mengetahui pintu gerbang rumahnya terbuka. Pasti tadi Didit keluar, karena pintu gerbang tidak ditutup kembali, pikir Gugun. Tanpa pikir panjang, Gugun langsung berlari keluar untuk mencari Didit.
Matahari sudah hampir tenggelam, Gugun pun memutuskan untuk pulang. Gugun sudah mengelilingi semua kompleks rumahnya. Dia sudah bertanya pada tetangganya atau orang-orang yang kebetulan lewat, tetapi tak seorang pun melihat Didit. Hatinya ingin menangis. Sesampainya di rumah, dia segera menuju kamarnya. Bagaimana mungkin dia bisa kehilangan adiknya gara-gara terlalu asyik main PS? Apa yang harus dikatakan pada mama kalau adiknya sekarang hilang? Ada rasa takut, menyesal, dan sedih dalam hati Gugun.
Tak lama kemudian, terdengarlah pintu depan yang dibuka. “Guuguunnn...Didiiittt...!! Mama pulang neh!” mama memanggil kedua anaknya. Mendengar kedatangan mama, Gugun segera berlari menghampiri. Dipeluknya sang mama dengan erat, kemudian Gugun menangis sejadi-jadinya. Apa yang dilakukan Gugun tentu saja membuat mama bingung.
“Ada apa sayang? Didit sudah bangun belum?” tanya mama
“Mmaa..mmaa..aaff...kan Gugun, Ma. Dii..ddiittt...dii..ddiitt...hilang, Ma,” dengan terbata-bata Gugun mengatakan hal yang sebenarnya terjadi.
“Taa..taa..ttaaddii..Didit menangis mencari mama..tapi Gugun malah mengacuhkannya...terus dia pergi sendiri keluar...tapi Gugun sudah coba mencarinya, Ma..” Gugun tidak sanggup melihat wajah mama. Dia takut mama akan marah. Oleh karena itu, dia hanya bisa menunduk.“Gugun menyesal, Ma...maafkan Gugun...” lanjut Gugun sambil menangis.
            Dengan penuh kasih sayang mama memeluk Gugun. Kemudian, mama menghapus air mata Gugun dan berkata,”Kamu janji tidak akan mengulanginya lagi?” Gugun mengangguk.
“Kalau begitu sekarang kamu jemput Didit di rumah Irsan...”
“Sebenarnya mama sudah pulang sejak tadi, lalu ketemu Didit di depan jalan komplek...Didit bilang kalau kamu tidak mau mengantarnya dan malah mengacuhkannya..”
“Akhirnya mama sengaja berdiam dulu di rumah Irsan...sekarang kamu tahu kan akibatnya jika terlalu asyik main PS tanpa mempedulikan sekitarmu. Coba bayangkan jika tadi mama tidak ketemu dengan Didit!”
“Iya, Ma...Gugun minta maaf. Gugun berjanji tidak akan mengulanginya.” Gugun pun segera berlari keluar untuk menjemput Didit yang sedang bermain di rumah Irsan, tetangga sebelahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar